Muhammadiyah Berjalan Bersama Perubahan Zaman

  • Home
  • Artikel
  • Muhammadiyah Berjalan Bersama Perubahan Zaman
Muhammadiyah Berjalan Bersama Perubahan Zaman

Muhammadiyah Berjalan Bersama Perubahan Zaman

Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 104).

Dari terjemah ayat di atas, dapat diketahui bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk saling menyeru dan mengajak dalam melakukan kebaikan dan mencegah keburukan. Bukan hanya dengan berceramah, namun juga dapat memberi contoh baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berkaitan dengan ini, Gerakan Muhammadiyah hadir untuk dakwah amar ma’ruf nahi munkar agar dapat terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yaitu yang sesuai dengan maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah—menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Yang dimaksud Islam sebenar-benarnya di sini adalah muslim dan muslimah yang berdasar dan berpedoman pada Alqur’anul-Kariim dan sunnah Rasul saw. dalam berkehidupan.

Sejak awal berdiri, Muhammadiyah berusaha menghapus kebiasaan-kebiasaan salah yang menjamur di kalangan masyarakat saat itu. Seperti, menggunakan sesaji saat sembahyang dan salat tidak menghadap ke arah kiblat.  Tidak mudah memang mengubah tradisi yang sudah menahun di masyarakat. Kadang yang terjadi, apabila diajak untuk mengamalkan yang benar, sebagian masyarakat belum tentu bersedia. Saat itu, mereka malah menuduh K.H. Ahmad Dahlan, pencetus berdirinya Muhammadiyah, sebagai orang kafir. Padahal beliau menyampaikan ajaran-ajaran Islam berdasarkan dalil yang sahih.

Mengetahui kondisi masyarakat yang seperti itu, K.H Ahmad Dahlan mencoba cara lain agar dakwahnya bisa diterima. Salah satunya dengan menggabungkan konsep pendidikan umum dan pendidikan agama kepada anak sekolah di Kauman, Yogyakarta, yang lama-kelamaan dapat mengubah mindset masyarakat tentang Islam yang sebenarnya.

Hingga kini, saat usianya telah lebih dari satu abad, Muhammadiyah tetap berusaha menggunakan strategi-strategi dakwah baru mengikuti perkembangan zaman, tetapi tidak bergeser dari syariat. Dengan begitu, Muhammadiyah bisa lebih diterima oleh masyarakat luas. Seperti mendirikan amal usaha-amal usaha yang bermanfaat bagi masyarakat, contoh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Panti Asuhan Muhammadiyah, dan Baitul Mal Muhammadiyah.

Penyesuaian dan pengembangan strategi dakwah oleh kader-kader Muhammadiyah terus dilakukan agar organisasi Muhammadiyah dapat terus berada di tengah masyarakat yang juga berkembang mengikuti arus globalisasi. Muhammadiyah tentu tidak ingin ‘tertinggal’ dan ‘terlena’ oleh era perkembangan teknologi yang kian pesat. Teknologi maju, dakwah tentu juga harus maju agar tercipta peradaban modern yang tetap islami.

Muhammadiyah, yang tak lepas dari slogan “menuju Islam berkemajuan”, akan ‘kalah tempur’ bila tidak memosisikan diri sebagai organisasi Islam modern di era globalisasi yang mendorong munculnya genre baru ke-umat-an. Muhammadiyah pun harus tetap berkembang pesat di saat peradaban barat yang leading atau cenderung memimpin dalam berbagai sektor seperti sekarang ini.

Mungkin di masa sekarang sejarah peradaban umat beragama, termasuk di dalamnya keberagaman Islam dan Muhammadiyah, akan ditentukan oleh corak paradigma, model, dan strategi. Perlu keterbukaan, dalam arti membuka diri dan menerima masukan dari disiplin ilmu lain, termasuk sains, ilmu-ilmu sosial, dan lainnya. Keutuhan pun diperlukan dalam memahami alquran dan hadis, tidak setengah-setengah, dan tidak dipilih secara selektif sesuai keinginan dan kepentingan penafsir serta pemangku kepentingan. Berikutnya adalah multidimensi, yang bisa diterapkan dalam menggeser pemikiran fikih ke arah yang lebih  kontekstual dengan mempertimbangkan berbagai dimensi, aspek, dan faktor.

Pada titik perjumpaan antara tradisi, modernitas, dan posmodernitas inilah pimpinan persyarikatan pada setiap levelnya—majelis, badan, lembaga, ortom-ortom, lebih-lebih perguruan tinggi Muhammadiyah—dituntut peran aktifnya dalam memajukan persyarikatan Muhammadiyah. Sebagian masyarakat Islam cenderung mudah terkena dampak pengaruh kaum sarjana, cendekiawan, dan orang-orang yang berintelektual. Apabila Muhammadiyah dapat memanfaatkan orang-orang tersebut untuk memberi pengaruh kepada masyarakat, dalam arti pengaruh positif, maka jalan dakwah Muhammadiyah akan lebih terbuka lagi.

Misi dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang dimiliki Muhammadiyah tetap harus dilanjutkan, program pembaharuan atau tajdid pun harus diteruskan demi tersampainya ajaran Islam yang murni kepada masyarakat luas. Islam yang sesuai dengan Alquran dan Assunnah dapat benar-benar diamalkan oleh warga Muhammadiyah dan masyarakat luas demi terciptanya Islam yang rahmatan lil ‘alamiin.